Krakatau Steel Peduli Masyarakat Indonesia
Krakatau Steel Peduli Masyarakat Indonesia - Teruji menghadapi berbagai tantangan, mengisyaratkan keteguhan dalam upaya mewujudkan industri baja terbesar dan terpadu di Nusantara. Menempuh dari waktu ke waktu, pembangunan PT Krakatau Steel merupakan pendakian yang sarat perjuangan. Selangkah demi selangkah, Krakatau Steel mampu bertahan dan melewati semua halangan dan tantangan. Akhirnya, PT Krakatau Steel sebagai industri baja kelas internasional terwujud.
Seiring langkah zaman, Krakatau Steel melakukan penggabungan usaha, atau sebaliknya, mengembangkan unit-unit pabrik menjadi anak perusahaan. Bahkan cikal bakal Krakatau Steel atau eks-proyek Besi Baja Trikora telah menjadi anak perusahaan. Pada 1996 beberapa unit penunjang juga menjadi mandiri anak perusahaan. Krakatau Steel juga pernah menjadi anak perusahaan atau bagian kelompok perusahaan, seperti Pertamina, Badan Pengelola Industri Strategis, PT Pakarya Industri, dan PT Bahana Pakarya Industri Strategis.
Untuk program ekspansi saat ini sedang dibangun Hot Strip Mill (HSM) dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun sehingga total kapsitas HSM menjadi 3,9 juta ton per tahun. Sedangkan pengembangan di anak usaha yang telah diselesaikan adalah pengembangan kapasitas pelabuhan dari 10 juta ton pertahun menjadi 25 juta ton pertahun, pengembangan kapasitas supplai air dari 1200 liter/detik menjadi 1800 liter/detik dan pembangunan pabrik pipa baja ERW dengan kapasitas 115 ribu ton per tahun sehingga kapasitas total pabrik pipa baja menjadi 233 ribu ton per tahun.
Program efisiensi lain adalah pembangunan pabrik Blast Furnace dengan kapasitas 1,2 juta Ton pertahun yang diharapkan akan beroperasi pada semester 2 tahun ini. Dengan adanya Blast Furnace yang menghasilkan Hot Metal untuk proses pembuatan baja diharapkan dapat menurunkan biaya produksi 60 – 80 USD per ton. Kemudian pembangunan Combined Cycle Power plant (CCCP) dengan kapasitas 120 MW yang diharapkan dapat menurunkan biaya hingga 20% untuk biaya pembangkitan listrik.
Program Krakatau Steel Peduli Masyarakat Indonesia Efisiensi dan Ekspansi Irvan menjelaskan, menghadapi kondisi dan tantangan perekonomian dunia yang belum kondusif, PTKS tetap melanjutkan program efisiensi yang di tahun 2014 berhasil memangkas pengeluaran biaya sebesar US$ 195,5 juta dengan cara optimalisasi pola operasi, mengurangi biaya overhead dan sinergi dengan PT Krakatau Posco.
Sejarah adalah hikmah masa lalu, dan masa depan adalah misteri. Lembar-lembar sejarah akan terus tertulis, karena kehidupan terus bergulir. Sebagai entitas yang menyejarah, Krakatau Steel akan terus hidup bersama masyarakatnya. Kepedulian terhadap masyarakat seputar akan meneguhkan Krakatau Steel melampui gerak masa.
Tumbuh berkembang lebih dari empat dekade telah menggembleng Krakatau Steel seteguh baja dalam menghadapi pasang surutnya zaman. idak hanya untuk dirinya sendiri, namun untuk bergerak dan berdetak bersama masyarakat Banten. Melalui tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR).
Krakatau Steel memberi kontribusi positif bagi masyarakat sekitaranya. Dari Banten, yang berada di tepian Jawa inilah, peradaban yang dirangkai industri baja kawakan ini bergema di seluruh Nusantara.
bergandeng tangan meraih Manfaat berSama Pabrik Krakatau Steel mengolah bahan mentah pellet bijih besi menjadi spons, yang menjadi lembaran baja dan batang kawat. Inilah karya anak bangsa dalam membangun Nusantara.
Dari ruang kendali tanur atau furnace control room, Beno S., Manajer Slab Steel Plant 2, bersama timnya mengendalikan peleburan bijih besi. Dari ruang yang berhawa dingin itu, kontrol seluruh proses peleburan berlangsung secara otomatis. “Salah satu tugas di sini, menjaga keseimbangan suhu tanur tetap pada 1.550 sampai 1.570 derajat Celsius,” terang Beno sembari menatap layar komputer yang menunjukkan suhu tanur. Dinding-dalam tanur (ladle furnace) berkapasitas 130 ton itu memang tahan panas pada rentang suhu tersebut.
Pabrik ini mengolah bahan mentah pellet bijih besi menjadi besi spons, yang lantas diolah dan dilebur menjadi lembaran baja dan batang kawat. Di luar ruang kendali, dua kru menyemburkan oksigen agar bara makin menggelegak lewat setangkai pipa logam panjang. Hawa panas meruap-ruap dari dalam dapur peleburan; kendi besi seukuran rumah tegak berdiri, plus katrol raksasa menggantung di langit-langit pabrik. Proses produksi berlangsung 24 jam dengan tiga shift kerja.
Tekad Krakatau Steel Peduli Masyarakat ini secara berkesinambungan terus kami lakukan. Melalui unit kerja tersendiri, yakni Divisi Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan kami telah menggulirkan banyak dana sebagai bentuk kepedulian kami terhadap perkembangan sektor usaha kecil dan menengah, serta koperasi. Tak ketinggalan, pembinaan lingkungan pun menjadi perhatian kami. Sebagai gambaran, tahun 2011 lalu, kami telah menanamkan setidaknya 200.000 bibit pohon baru.
Saat zaman pendudukan Jepang, sebuah tanur pernah dibangun di Kalimantan Selatan, berbahan bakar batu bara. Untuk sementara waktu, pergolakan revolusi fisik menenggelamkan rintisan industri baja itu. Setelah kondisi Indonesia mulai tenang, baru pada 1956 gagasan mendirikan industri baja mulai berkembang.
Menteri Perindustrian dan Pertambangan saat itu, Chaerul Saleh, bersama Djuanda dari Biro Perancang Negara (kini Bappenas), mulai menggagas industri baja nasional. Indonesia yang sedang bergairah membangun dipandang perlu memiliki industri pengolahan bijih besi. Selengkapnya mengenai Krakatau Steel Peduli Masyarakat akan Perluas Pabrik HSM baca di http://ddsobirin.wagomu.id/e5304.html